Sabtu, 15 Desember 2012

TAWURAN SEBAGAI AJANG KATARSIS


TAWURAN SEBAGAI AJANG KATARSIS








NURUL AMALIA        271041027






FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
SEMESTER GANJIL
2012




KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan Karena atas berkah dan rahmatNya lah saya dapat tugas ini meski dalam waktu yang lumayan lama.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada:
1.             Allah SWT yang telah memberikan akal pikiran dalam membuat makalah ini.
2.             Orang tua saya yang telah memberikan dorongan, pengertian, dan bantuan baik berupa materi maupun non materi kepada tim penyusun sehingga laporan ini dapat selesai.
3.             Dosen PKN yang telah memberikan bimbingan.
Laporan ini saya persembahkan untuk :                       
1.         Orang tua saya, Terimakasih untuk bantuannya.
2.         Dosen PKN sebagai tugas saya.
Demikianlah tugas ini saya buat, tiada gading yang tak retak. Saran yang membangun saya nantikan demi kesempurnaan tuga ini.

Makassar, 12 November 2012


NURUL AMALIA
1271041027





DAFTAR ISI
Sampul…………………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar…………………………………………………………………… 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………. 3
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang………………………………………………………….. 4
B.     Tujuan…………………………………………………………………... 5
C.     Manfaat…………………………………………………………………. 6
Bab II Permasalahan
A.    Identifikasi Masalah……………………………………………………. 7
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………… 8
Bab III Pembahasan Masalah
A.    Pengertian……………………………………………………………… 9
B.     Faktor Penyebab………………………………………………………. 13
C.     Dampak Tawuran……………………………………………………... 16
D.    Cara Mengatasi Tawuran……………………………………………… 19
Bab IV Kesimpulan dan Saran
A.    Kesimpulan…………………………………………………………….. 24
B.     Saran…………………………………………………………………… 24
Daftar Pustaka………………………………………………………………….. 25



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tawuran yang sering dilakukan sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing ditelinga kita. Di Indonesia kususnya di Makassar tawuran telah menjadi tradisi atau bahkan budaya. Prilaku menyimpang ini biasanya diakibatkan oleh masalah sepele atau bisa saja disebabka oleh hal-hal serius yang menjurus pada tindakan bentrok.
Tawuran adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat Ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.
Remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas untuk kegiatan belajar mengajar. Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan  remaja.
Dalam istilah tawuran ada paling tidak dua dimensi yang menentukan maknanya pertama, dimensi bahwa itu terjadi di antara anak-anak muda, atau seperti disebutkan di atas, anak-anak sekolah. Artinya, orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah anak-anak, remaja-pemuda, yang masih belum bisa berpikir panjang mengenai bagai mana sebaiknya perjalanan hidup di dunia ini. Kedua, dalam tawuran ada dimensi solidaritas sempit, dimana orang-orang di dalam aksi ini tidak semua memahami apa sebenarnya yang terjadi, yang jelas mereka tahu dan mendengar bahwa mereka harus menyerang kawasan tertentu. Ketika kawan-kawannya lempar batu ia juga lempar batu, ketika kawan-kawannya lari mengejar atau lari mundur, ia juga ikut lari. Artinya, dalam tawuran dimensi tidak tahu apa sesungguhnya yang terjadi dan mengapa harus terjadi demikian sangat besar.
Banyak mahasiswa yang menjadikan tawuran sebagai sarana katarsis. Katarsis atau katharsis, dari bahasa Yunani pertama kali diungkapkan oleh para filsuf Yunani, yang merujuk pada upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan. Untuk itu , penulis tertarik mengangkat masalah ini.
B.  Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk dijadikan dasar pemikiran yang lebih logis untuk para mahasiswa atau pelajar yang sering tawuran, sehingga mereka mampu memilih dan memilah cara yang baik untuk beraspirasi agar didengarkan oleh semua kalangan dan tidak mengganggu orang lain.
C.  Manfaat
Dalam pembuatan makalah ini, penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan yang membacanya. Makalah ini juga bermanfaat sebagai bahan referensi untuk penyusun-penyusun makalah yang lain dengan tema yang sama yaitu tawuran. Bagi penyusun sendiri makalah ini bermanfaat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Kewarganegaraan di universitas yang pelajar tempati menuntut ilmu sekarang.



BAB II
PERMASALAHAN
A.      Identifikasi Masalah
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Tawuran pelajar adalah modus baru kejahatan di kota-kota besar. Mereka bergerombol atau berkumpul di tempat-tempat keramain (halte, mall-mall, jalan-jalan protocol) siap mencari lawannya, tetapi tak jarang sasaran mereka justru pelajar sekolah yang tidak pernah ada masalah dengan sekolahan mereka. Dengan berpura-pura menanyakan nama seseorang yang mereka cari, dengan beraninya merampas atau meminta uang dengan paksa kepada pelajar yang mereka temui. Dengan berbekal senjata tajam, gier, rantai, alat pemukul mereka siap mencari sasaraan dan melakukan tindak kekerasan.Para pelajar ini menurunkan kebiasan buruknya kepada adik-adik kelasnya, sementara mereka sudah naik satu jenjang menjadi mahasiswa. Dengan berbekal pengalaman tawuran ini, jadilah mahasiswa yang memiliki bibit-bibit kekerasan. Dengan perkembangan aktivitas kampus, maka mereka-mereka kerap mendompleng nama reformasi untuk bisa berbuat tindak kekerasan dan memicu terjadinya konflik dengan aparat keamanan.
Seperti yang terjadi akhir-akhir ini, mahasiswa tawuran bukan saja antar kampus tetapi terjadi juga di dalam satu kampus. Ini bisa terjadi karena kebiasaan buruk mereka sebelum menjadi mahasiswa. Bibit-bibit kekerasan sudah tertanam begitu dalam sebelum mereka melangkah kejenjang mahasiswa.
B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ppenyusun angkat untuk melengkapi makalah ini yaitu:
1.      Pengertian
2.      Apa faktor penyebab tawuran?
3.      Apa dampak tawuran?
4.      Bagaimana cara mengatasi tawuran?


BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A.      Pengertian
Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sehingga jika mendengar kata tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara , antar polisi pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang terjadi di masyarakat kita.
Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu. Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele. Namun remaja yang masih labil tingkat emosinya justru menanggapinya sebagai sebuah tantangan. Pemicu lain biasanya dendam Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa tersebut akan membalas perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut. Sebenarnya jika kita mau melihat lebih dalam lagi, salah satu akar permasalahannya adalah tingkat kestressan siswa yang tinggi dan pemahaman agama yang masih rendah.
Tawuran adalah perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Tawuran” dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga apabila kita menarik garis besarnya yaitu perkelahian antar banyak orang yang tugas pelakunya adalah manusia yang sedang belajar. Ironis memang orang yang sedang belajar melakukan perkelahian, namun itu kenyataan yang terjadi.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.  Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Katarsis merupakan pelepasan ketegangan dan kecemasan dengan jalan melampiaskannya dalam dunia nyata. Teori katarsis menyatakan bahwa pemberian kesempatan kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah untuk berperilaku keras (dalam aktivitas katarsis), tapi dalam cara yang tidak merugikan, akan mengurangi tingkat rangsang emosional dan tendensi untuk melakukan perilaku agresi. Sedikit bertentangan dengan teori katarsis, Baron dan Byrne (dalam Hanurawan, 2004) menyatakan bahwa katarsis bukanlah merupakan instrumen yang efektif untuk mengurangi agresi yang bersifat terbuka. Penelitian Robert Arms dan kawan-kawan melaporkan bahwa penonton sepak bola gaya Amerika, gulat, dan hoki ternyata malah semakin menunjukkan sifat kekerasan setelah menonton pertandingan olah raga itu dibanding sebelum menonton.
Pada konteks katarsis itu, partisipasi individu dalam aktivitas katarsis non agresi ternyata hanya memiliki pengaruh yang bersifat sementara terhadap rangsang emosional dan tendensi berperilaku agresi dalam dirinya. Setelah melewati jangka waktu tertentu, rangsang dan tendensi itu kemudian akan muncul kembali apabila individu itu bertemu atau berpikir tentang orang yang sebelumnya menyebabkan dirinya marah.
Katharsis berasal dari bahasa yunani yang berarti pembersihan (Purging).Meskipun belum disebut katharsis, Seorang filsuf Yunani yaitu Aristoteles telah menggunakan konsep katharsis dalam karyanya untuk menyampaikan emosi akan tragedy kepada audience-nya. Teori Katharsis pertama kali diperkenalkan pada kisaran awal tahun 1960 dalam tulisan berjudul The stimulating versus cathartic effect of a vicarious aggressive activity yang dipublikasikan dalam journal of abnormal social psychology. Konsep teori ini berdiri diatas psikoanalisa Sigmund freud, yaitu emosi yang tertahan bias menyebabkan ledakan emosi berlebihan, maka dari itu diperlukan sebuah penyaluran atas emosi yang tertahan tersebut.Penyaluran emosi yang konstruktif ini disebut dengan katharsis.
Kehidupan manusia yang dinamis, mengantarkan manusia pada pola kehidupan yang relative kompleks dan semakin mendesak manusia berhadapan dengan kenyataan bahwa manusia memiliki keterbatasan.Kondisi tersebut memicu munculnya rasa frustasi dan cenderung bersifat agresif.Setiap emosi dan sikap agresif tersebut lambat laun akan menumpuk dan harsu segera di salurkan. Dalam keadaan tersebut, tidak semua emosi dan agresi tersebut bias disalurkan secara nyata dan dibutuhkan satu cara aman untuk pelampiasan atau penyaluran. Katharsis yang merupakan penyaluran emosi dan agresi yang bias berupa kekesalan, kesedihan, kebahagiaan, impian dan lainnya ini dilakukan dengan pengalaman wakilan (Vicarious experience) seperti mimpi, lelucon, fantasi atau khayalan. Dalam konteks ini, seseorang tidak melakukan penyaluran emosi dan agresi-nya secara nyata oleh individu tersebut, melainkan dilakukan hanya melihat atau membayangkan sesuatu tersebut dilakukan, atau dengan istialah lain yaitu pengalaman wakilan. Seperti contoh seorang remaja sambil mendengarkan musik Rock favoritnya, membayangkan dirinya menjadi seorang bintang musik Rock yang sedang pentas dihadapan ribuan penonton.Atau contoh lainnya seorang ibu yang menonton sebuah serial TV yang menggambarkan sosok seorang anak yang baik dan berbakti pada orang tuanya, ibu tersebut merasa tenang dan merasa puas karena emosinya tersalurkan, meskipun dalam kenyataannya ibu tersebut tidak memiliki anak yang baik tersebut.
Penyaluran emosi dan agresi tersebut, terkadang didasari oleh sebuah tragedy atau peristiwa yang pernah menimpa seseorang dimasa lalu dan menimbulkan rasa trauma. Contohnya, Warga Indonesia yang jenuh melihat kondisi kehidupan Indonesia dengan segala warna kecurangan, korupsi serta tindak ketidak adilan yang dilakukan oleh pemrintah dan polisi, merasa senang dan emosi serta agresinya tersebut tersalurkan ketika menonton film India, yang menceritakan tentang kepahlawanan seorang inspektur polisi membasmi koruptor dan polisi jahat. Musik, film, gambar, peristiwa merupakan contoh dari efek katarsis tersebut.
B.       Faktor Penyebab Tawuran
a.        Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1.      Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan  yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu  penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2.      Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan  para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya  disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3.        Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
1.       Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena ketersinggungan salah satu kawan, yang di tanggapi dengan rasa setiakawan yang berlebihan.
2.       Permasalahan yang sudah mengakar dalam artian ada sejarah yang menyebabkan pelajar-pelajar dua sekolah saling bermusuhan.
3.       Jiwa premanisme yang tumbuh dalam jiwa pelajar.
C.      Dampak Tawuran
Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
1.      Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
2.       Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
3.      Terganggunya proses belajar mengajar.
4.      Menurunnya moralitas para pelajar
5.      Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
Penyimpangan seperti tawuran antar pelajar, menjadi kerusuhan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja, namun sudah menjadi tindakan kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain hanya karena masalah-masalah kecil? 
Tawuran antar pelajar bisa terjadi antar pelajar sesama satu sekolah, ini biasanya dipicu permasalahan kelompok, cenderung akibat pola berkelompok yang menyebabkan pengkelompokkan berdasarkan hal-hal tertentu. Misalnya, kelompok anak-anak nakal, kelompok kutu buku, kelompok anak-anak kantin, pengkelompokan tersebut lebih akrab dengan sebutan Gank. Namun, ada juga tawuran antar pelajar yang terjadi antara dua kelompok beda sekolah.
Tawuran dapat menyebabkan trauma pada para siswa yang menjadi korban, merusak mental para generasi muda, dan menurunkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sudah sangat jelas bahwa perkelahian antar pelajar sangat merugikan berbagai pihak paling tidak ada empat kategori yang terkena dampak langsung dari perkelahian antar pelajar :
1.      Pelajar (dan keluarganya). Karena merekalah yang terkena dampak langsung dari tawuran bila mngalami luka atau sampai tewas. Bahkan kalau selamat tetap ada beban psikologis bagi mereka.
2.      Rusaknya fasilitas umum. Karena tawuran biasanya terjadi di jalan-jalan umum bukan di lapangan sepakbola, tentu sedikit banyaknya mereka merusak fasilitas umum seperti halte, bus atau yang lainnya.
o   Terganggunya proses belajar.
o   Berkurangnya penghargaan terhadap sifat-sifat kemanusiaan
Dengan kerugian tersebut sudah sewajarnya semua elemen masyarakat dan pemerintahan termasuk di dalamnya aparat keamanan terus berupaya untuk mecegah terjadinya tawuran massal.
D.      Cara  mengatasi Tawuram
Menurut Kartini Kartono. Dia menyebutkan bahwa untuk mengatasi tawuran antar pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya adalah:
a.       Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
b.      Memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat.
c.       Memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja.
Teori yang kedua adalah dari Dryfoos, dia menyebutkan untuk mengatasi tawuran pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya harus diadakan program yang meliputi unsur-unsur berikut :
a.       Program harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada kenakalan.
b.      Program harus memiliki komponen-komponen ganda, karena tidak ada satu pun komponen yang berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi kenakalan.
c.        Program harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah belajar dan berperilaku
d.      Sekolah memainkan peranan penting
e.       Upaya-upaya harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan individual, yang menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung
f.       Memberi perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program unik bagi setiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-anak yang berisiko tinggi untuk menjadi nakal.
Manfaat yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat program tersebut dihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang sifatnya berkesinambungan.
Cara lain untuk mengatasi tawuran antara pelajar yaitu:
1.      Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
2.      Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar untuk mengajarkan cinta kasih.
3.      Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
4.      Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan masyarakat.
5.      Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah tegas memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberantas tawuran pelajar dari muka bumi indonesia, yaitu seperti :
1.      Membuat Peraturan Sekolah Yang Tegas
Bagi siswa siswi yang terlibat dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran maka sekolah akan memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi sanksi.
2.      Memberikan Pendidikan Anti Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan melakukan tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
3.      Memisahkan Pelajar Berotak Kriminal dari Yang Lain
Setiap manusia memiliki sifat bawaan masing-masing. Ada yang baik, yang sedang dan ada yang kriminil. Daripada menularkan sifat jahatnya kepada siswa yang lain lebih baik diidentifikasi dari awal dan dilakukan bimbingan konseling tingkat tinggi untuk menghilangkan sifat-sifat jahat dari diri siswa tersebut. Jika tidak bisa dan tetap berpotensi tinggi membahayakan yang lain segera keluarkan dari sekolah.
4.      Kolaborasi Belajar Bersama Antar Sekolah
Selama ini belajar di sekolah hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar, namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
5        Membuat Program Ekstrakurikuler Tawuran
Diharapkan setiap sekolah membuat ekskul konsep baru bertema tawuran, namun tawuran pelajar yang mendidik, misalnya tawuran ilmu, tawuran olahraga, tawuran otak, tawuran dakwah, tawuran cinta, dan lain sebagainya yang bersifat positif. Tawuran-tawuran ini sebaiknya bukan bersifat kompetisi, tetapi bersifat saling mengisi dan bekerjasama sehingga bisa bergabung dengan ekskul yang sama di sekolah lain.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      KESIMPULAN
Tawuran bukanlah jalan keluar untu menyelesaikan masalah, banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Tawuran bukanlah sarana katarsis sebab katarsis memiliki dampak negatif yang jauh lebih banyak dari dampak positifnya.
B.       SARAN
Saya berharap agar mahasiswa tidak melakukan tawuran, banyak cara untuk beraspirasi dengan baik. Saya juga berharap kritikan dan saran yang membangun untuk makalah ini. Sekian dan terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA