Rabu, 31 Oktober 2012

Penanggulangan Anak Jalan di Makassar


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Dewasa ini, anak jalanan merupakan sesuatu yang tidak asing lagi untuk masyarakat Indonesia, termasuk di Kota Makassar. Sungguh memperhatinkan, ditengah perkembangan kota yang sangat pesat, anak jalanan pun bermunculan dimana-mana. Perkembangan kota di segala bidang tampaknya tidak hanya memberikan nuansa positif bagi kehidupan masyarakat. Namun juga melahirkan persaingan hidup, sehingga muncul fenomena kehidupan yang berujung pada kemiskinan. Kota yang padat penduduk dan banyaknya keluarga yang bermasalah telah membuat makin banyaknya anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup merdeka. Hal inilah yang meyebakan pertumbuhan anak jalanan di Makassar semakin meningkat. Kasus eksploitasi terhadap terhadap mereka pun juga meningkat seiring dengan naiknya pertumbuhan anak jalanan.
Anak jalanan adalah anak yang berusia 8-17 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat umum. Sedangkan makna dari eksploitasi terhadap anak adalah suatu tindakan yang memanfaatkan anak untuk kepentingan pribadi baik secara fisik, non fisik, ekonomi, sosial, dan seksual. Bentuk eksploitasi terhadap anak sangat bervariasi, mulai dari penganiyaan terhadap anak, tekanan batin, kekerasan fisik, hingga pelecehan seksual, baik oleh keluarga sendiri, teman maupun orang lain. Rendahnya pengetahuan orang tua akan hak asasi anak menyebabkan orang tua pun mengorbankan anaknya. Selain itu, eksploitasi terhadap anak jalanan ada pula yang dilakukan oleh sindikat anak jalanan.
Data terakhir yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka 154.861 jiwa, yang menurut Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), hampir separuhnya berada di Jakarta. Sisanya tersebar ke kota-kota besar lainnya.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas hidup dan masa depan anak-anak sangat memperihatinkan, padahal mereka adalah aset, investasi SDM dan sekaligus tumpuan masa depan bangsa. Jika kondisi dan kualitas hidup mereka memprihatinkan, berarti masa depan bangsa dan negara juga kurang menggembirakan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, sebagian dari mereka mengalami lost generation (generasi yang hilang).
Fenomena merebaknya anak jalanan di Makassar merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Tuhan yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.
Anak jalanan adalah sebutan bagi anak yang sering melakukan aktifitas dijalanan, dan dalam kehidupannya anak jalanan ini juga tidak terlepas dari setigma negatif, suka membuat keributan, menyebabkan kemacetan hingga gemar melakukan tindakan-tindakan kriminal adalah justivikasi yang sering dialamatkan kepada mereka.
Maka dari itu, dalam karya tulis ini penulis akan membahas mengenai keadan sosial, sikap dan pandangan masyarakat, tingkat pendidikan, dan penanggulangan yang tepat untuk anak-anak jalanan di kota Makassar.
B.     RUMUSAN MASALAH
Untuk menyusun karya tulis ini, maka penulis memunculkan rumusan masalah yaitu :
1.      Bagaimanakah keadaan sosial anak-anak jalanan di kota Makassar?
2.      Bagaimanakah sikap dan pandangan masyarakat terhadap anak-anak jalanan di kota Makassar?
3.      Bagaimanakah penanggulangan yang tepat untuk  anak-anak jalanan di kota  Makassar?
C.    TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penulis mengangkat masalah ini yaitu :
1.        Mengetahui keadaan sosial anak-anak jalan di kota Makassar.s
2.        Mengetahui sikap dan pandangan masyarakat tentang anak jalanan di kota Makassar.
3.        Mengetahui penanggulangan yang tepat untuk anak-anak jalanan di kota Makassar.
D.    MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah dipaparkan, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat, diantaranya :
1.      Dengan adanya penelitian ini diharapkan wawasan pengetahuan penulis tentang permasalahan sosial bertambah khususnya pengetahuan terhadap intervensi komunitas terhadap penanggulangan anak jalanan.
2.      Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat serta orang-orang yang memiliki hubungan dengan anak jalanan bahwa anak jalanan juga memiliki hak sehingga mereka perlu dilindungi dan bagi anak jalanan itu sendiri.
3.      Penelitian ini dapat memberikan masukan atau sumbangan bagi Pemerintah Kota Makassar khususnya Dinas Sosial dalam rangka penanggulangan anak jalanan sehingga orang-orang yang memanfaatkan keberadaan dapat dihentikan.
E.     POPULASI DAN SAMPEL
POPULASI
SAMPEL
P. Kemerdekaan
Kec. Panakkukang
Kec. Bontoala
Anak Jalanan
4 Orang
4 Orang
4 Orang
Masyarakat (pengguna jalan)
4 Orang
4 Orang
4 Orang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak jalanan adalah fenomena sosial yang hingga saat ini terus mencemaskan. Meskipun anak jalanan ditemukan di beberapa negara maju, mereka lebih banyak berada di jalanan kota-kota negara berkembang, secara global diperkirakan ada sekitar 100 juta anak jalanan di seantero dunia. Sebagian besar anak jalanan adalah remaja berusia belasan tahun. Tetapi tidak sedikit yang berusia di bawah 10 tahun. Anak jalanan bertahan hidup dengan melakukan aktivitas di sektor informal, seperti menyemir sepatu, menjual koran, mencuci kendaraan, menjadi pemulung barang-barang bekas. Sebagian lagi mengemis, mengamen, dan bahkan ada yang mencuri, mencopet atau terlibat perdagangan sex.
Kepedulian terhadap anak jalanan terutama didasari kenyataan bahwa anak adalah aset bangsa yang memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sementara itu, hidup di jalanan sangat membahayakan anak. Mereka kerap mengalami eksploitasi ekonomi oleh orang dewasa.
Pengertian Anak jalanan atau sering juga disebut dengan gelandangan menurut beberapa tokoh yang diantaranya adalah:
a.          Artidjo mengartikan anak jalanan atau gelandangan sebagai orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian yang tetap dan layak atau mereka sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, berkeliaran di dalam kota dan makan minum disembarang tempat.
b.         Sudarsono mengartikan anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang tetap,yang secara yuridis tidak berdomisili yang otentik, disamping itu mereka merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak menurut ukuran masyarakat pada umumnya dan mereka sebagian besar tidak mengenal nilai-nilai keluhuran.
c.          Sandyawan memberikan pengertian bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang berusia maksimal 16 tahun, telah bekerja dan menghabiskan waktunya di jalanan.
d.         Peter Davies memberikan pemahaman bahwa fenomena anak-anak jalanan sekarang ini merupakan suatu gejalaglobal. Pertumbuhan urbanisasi dan membengkaknya daerah kumuh di kota-kota yang paling parah keadaannya adalah di negara berkembang, telah memaksa sejumlah anak yang semakin besar untuk pergi ke jalanan ikut mencari makan demi kelangsungan hidup keluarga dan bagi dirinya sendiri.
e.          Menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalan untuk bekerja, bermain dan beraktivitas lain.
f.          Menurut Soedijar (1989) anak jalanan adalah anak usia antara 7 sampi 15 tahun yang bekerja di jalanan yang dapat mengganggu keselamatan dan ketentraman dirinya dan orang lain.
g.         Departemen Sosial dalam buku “ Intervensi Psiko Sosial” (Depsos 2001 :20), Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada dijalanan atau ditempat-tempat umum.
h.         Departemen Sosial RI (1999) memberikan pengertian tentang anak jalanan adalah “anak-anak di bawah usia 18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke jalan”.
Tata Sudrajat (1996:151-152) membagi dua jenis anak jalanan, yaitu :
1.      Anak jalanan yang bekerja di jalan ( Children on The Street ) yaitu Anak jalanan ini memang bekerja di jalan tetapi masih memiliki kontak dengan keluarga. Sehari-hari mereka dapat tinggal dengan keluarga,  jumlah waktu kerja tidak menentu, jenis kelamin bias menentukan lamanya waktu bekerja, untuk anak perempuan yang mengalami perbudakan bisa bekerja dari jam 09.00  sampai jam 20.00. Sementara bagi mereka yang bekerja dijalanan karena pembiaran dari orang tua, kadang 2 jam sehari atau maksimal 5 jam sehari. Dapat juga dikatakan bahwa anak yang bekerja di jalan adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, tetapi mempunyai hubungan dengan orang tua mereka. Karena kelompok ini adalah anak yang bekerja ada kemungkinan mereka masih sekolah.
2.      Anak hidup di jalan (Children of The Street ); Faktor yang membedakan dengan anak yang bekerja di jalan adalah anak yang hidup di jalan nyaris sudah tidak ada kontak dengan keluarga. Kalaupun masih, biasanya dalam jangka waktu tertentu,misalnya sebulan sekali, 3 bulan sekali, atau dalam setahun sekali. Selebihnya,waktu mereka dihabiskan di jalan.dalam kasus tertentu, ketika anak memutuskan hidup di jalan, sebenarnya yang bersangkutan sudah memiliki kesiapan sebelumnya, dalam arti sudah kenal dengan kehidupan jalanan. Dengan sudah mengenal kehidupan jalan bisa dipastikan anak yang hidup di jalanan memiliki dan mengembangkan strategi bertahan hidup. Pengertian anak hidup di jalan ini bisa dikatakan anak-anak tang berpartisipasi penh dijalanan baik secara sosial maupun secara ekonomi. Jadi sebagian hidup mereka dihabiskan dijalan termasuk dengan tidur di emperan tokoh, terminal, kolong jembatan, dan lain-lain.
Selain itu yang telah disebutkan di atas, ada pula yang menambahkan pengelompokan anak jalanan, yaitu :
Anak keluarga jalanan; Anak dalam kategori keluarga jalanan dapat ditandai dengan ikut sertanya orang tua si anak untuk bekerja sekaligus hidup dijalanan. Sekilas dalam relasi dengan keluarga, antara anak keluarga jalanan dengan anak yang bekerja dijalanan tidak jauh berbeda. Bagi anak keluarga jalanan, selain jalanan berfungsi sebagai tempat pencari nafkah, jalanan juga berfungsi sebagai tempat tinggal. Anak-anak keluarga jalanan tidak lagi memiliki tempat tinggal tetap di sebuah kampung.jadi jika dilihat dari segi pola mobilitas dan pola tinggalnya, anak keluarga jalanan dibandingkan dengan anak hidup dijalanan tidak berbeda karena yang menjadi berbeda adalah faktor kedekatan dengan keluarga. Faktor hubungan kekeluargaan ada kemungkinan cukup kuat. Salah satu karakteristik yang paling menarik dari kategori ini adalah bayi dan ibu hamil yang sering dijadikan alat untuk mencari penghasilan dijalan. Mereka memperoleh rasa iba dari daripara pengguna jalan sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dari segi lokasi, anak keluarga jalanan biasanya sering dijumpai di perempatan jalan yang padat, rumah-rumah kardus bantaran kali, gudang penampungan barang rongsokan.
(Sanituti, 1999)  Terdapat 4 (empat) kelompok penyebab pokok anak-anak menjadi anak jalanan yaitu :
1.      Kesulitan ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus membantu keluarganya mencari uang dengan kegiatan-kegiatan dijalan;
2.      Ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara bapak dan ibu, maupun orang tua dengan anak;
3.      Suasana lingkungan yang kurang mendukung untuk anak-anak menikmati kehidupan masa kanak-kanaknya termasuk suasana perselingkungan yang kadang-kadang dianggap mereka sangat monoton dan membelenggu hidupnya;
4.      Rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri dan menikmati kehidupan lainnya yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan.





BAB III
METODE PENELITIAN
A.           PENELITIAN LAPANGAN
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Makassar. Lokasi penelitian meliputi tiga tempat yaitu di jalan Perintis Kemerdekaan Km. 4, Kecamatan Panakukang, dan Kecamatan Bontoala. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 1 minggu, yaitu terhitung sejak tanggal 14 Oktober 2011 sampai dengan tanggal 21 Oktober 2011. Metode-metode  yang digunakan yaitu wawancara langsung terhadap responden bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan memperoleh data yang dapat menjelaskan ataupun menjawab suatu permasalahan penelitian. Wawancara menggunakan instrumen yang telah disusun sebelumnya.
Metode lain yang digunakan adalah obsrvasi yaitu memberikan pertanyaan berupa angket yang telah disusun kepada masyarakat dan anak jalan (dengan angket yang berbeda) yang digunakan untuk mennjawab rumusan masalah yang di angkat penulis.
B.            PENELITIAN PUSTAKA
Penelitian ini juga menggunakan metode pustaka untuk membandingkan hasil yang di peroleh oleh peneliti-peneliti yang telah melakukan penelitian yang sama. Dalam metode pustaka ini, penulis menggunakan beberapa sumber terkait dengan rumusan masalah yang diangkat.


BAB IV
PEMBAHASAN
A.      KEADAAN SOSIAL ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR
Anak jalanan adalah anak laki-laki dan perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempat-tempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, taman kota. Mengapa mereka tidak boleh hidup di jalanan? Karena jalanan bukanlah tempat yang pantas bagi mereka. Mereka seharusnya hidup bersama orang tua dan saudara-saudaranya di rumah yang hangat dan bersahabat. Mereka juga selayaknya bermain dan belajar di sekolah atau di tempat-tempat yang memang pantas untuk itu. Jalanan, seperti pernyataan Plan International di atas, memiliki resiko-resiko yang sangat berbahaya bagi anak. Jalanan bukanlah lingkungan yang baik untuk proses tumbuh-kembang anak dan merealisasikan potensinya secara penuh.
Dari penelitian yang telah dilakukan berikut adalah persentase keadaan sosial anak-anak jalanan tersebut :
1.      Keadaan Ekonomi
Grafik di  bawah ini menjelaskan keadaan ekonomi anak  jalanan di Makassar.
 GRAFIK 1: keadaan sosial ekonomi anak jalanan
 
Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa 18% anak jalanan yang hidupnya pas-pasan,46% yang hidupnya kurang,dan 18% yang hidupnya cukup.
Dalam keadaan ini penulis menganggap anak jalanan yang hidupnya berkecukupan memiliki kriteria yaitu sebagai berikut
a.       Memiliki tempat tinggal yang tetap
b.      Berpenghasilan rata-rata Rp 50.000.00/hari.
c.       Mampu membeli makanan sendiri
d.      Tinggal di perumahan yang lingkungannya tidak kumuh
Anak jalanan yang hidupnya pas-pasan tidak seperti kehidupan anak jalanan yang berkehidupan cukup. Adapun kriteria anak jalanan yag hidupnya pas-pasan yaitu sebagai berikut:
a.       Berpenghasilan rata-rata Rp 21.000.00-45.000.00/hari
b.      Tempat tinggalnya berpindah-pindah/tidak tetap
c.       Hanya mampu membeli makanan untuk sehari-hari
Sedangkan anak jalanan yang hidupnya kekurangan jauh berbeda dengan anak jalanan yang hidupnya cukup dan pas-pasan. Ini di karenakan penghasilannya di bawah rata-rata. Sehingga kehidupannya tergantung pada pengguna jalan. Adapun kriteria anak jalanan yang hidupnya kekurangan yaitu sebagai berikut:
a.       Berpenghasilan kurang dari Rp 20.000.00/hari
b.      Tidak memiliki tempat tingal
c.       Tidak mampu membeli makanan sendiri
1.      Keadaan Pendidikan
Bagan di bawah ini menjelaskan keadaan pendidikan anak jalanan.



GRAFIK 2: keadaan pendidikan anak jalanan
Dari gambar di atas dapat dilihat 34% anak jalanan yang bersekolah, 8% anak jalanan yang belum pernah bersekolah, dan 58% anak jalanan yang putus sekolah.
Setelah melakukan wawancara dengan anak-anak jalan yang bersekolah maka penulis mendapatkan hasil yaitu kebanyakan dari anak jalanan yang menjadi sampel dan bersekolah, masih menduduki bangku sekolah dasar.
Hasil wawancara dengan anak jalanan yang putus sekolah yaitu rata-rata pada saat mereka menginjak pendidikan dasar kelas 4. Dan hasil wawancara dengan anak yang belum pernah sekolah mengaku ingin bersekolah, namun situasi ekonomi yang menghalangi niat mereka.
1.      Keadaan Keluarga
Bagan di bawah ini menjelaskan keadaan keluarga anak jalanan
 
GRAFIK 3: keadaan keluarga anak jalanan
Dari gambar diatas dapat dilihat keadaan keluarga anak jalanan. Diantaranya  50%  anak jalanan yang keluarganya masih lengkap, 25% anak jalanan yang sudah anak yatim, 25% anak piatu.
Setelah diwawancarai, rata-rata dari anak jalanan ini mengaku bahwa mereka ingin meringankan beban orang tua mereka dengan bekerja dijalanan.
1.      Keadaan Sosial


 
GRAFIK 4: keadaan sosial anak jalanan
Dari bagan di atas dapat dilihat keadaan sosial anak jalanan.18%  keadaan anak sosial yang baik,36% keadaan anak sosial buruk,46% keadaan anak sosial yang sederhana.
Keadaan sosial yang dimaksudkan penulis yaitu keadaan tingkat kehidupan anak jalan yang kurang memperhatikan hidupnya. Misalnya saja, makan di tempat yang kotor, mengais dari tempat sampah, dan lain sebagainya.


A.      PENDAPAT MASYARAKAT TENTANG ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR

Kebanyakan masyarakat berpendapat bahwa keberadaan anak jalanan tidak mengganggu karena masyarakat mengerti alasan mereka melakukan hal tersebut karena faktor ekonomi .
Dibawah ini grafik pendapat masyarakat mengenai anak jalanan di Kota Makassar. 
 
GRAFIK 5 : Pendapat Masyarakat Mengenai Keberadaan Anak Jalanan
Grafik di atas menunjukkan bahwa 50% siswa setuju dengan keberadaan anak jalanan, pasalnya anak jalanan membantu mereka dalam beraktifitas di jalan, misalnya saat mereka hendak menyebrang jalan, mengangkatkan barang bawaan mereka ketika di mall, ataupun dalam bidang agama mereka biasanya memberikan sebagian dari rezeki yang mereka dapatkan.
17% dari koresponden penulis menjawab tidak setuju karena mereka merasa terganggu dengan keberadaan anak jalanan. Sisanya 33% menjawab tidak tahu karena mereka ragu apakah mereka membutuhkan anak jalanan atau tidak dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Wawancara lebih lanjut mngenai pandangan masyarakat tentang anak-anak jalanan, ternyata sebagian dari mereka merasa kasihan terhadap anak-anak jalanan tersebut alasan mereka karena anak jalanan ingin melanjutkan hidup meski dengan cara yang dipandang oleh sebagian orang adalah cara yang kurang baik.
Ada juga masyarakat yang bersikap biasa-biasa saja mengenai anak jalanan mereka berpikir bahwa menjalani hidup tidak seharusnya berpangku tangan, ada saat dimana kita semua harus berusaha untuk menjalani hidup.
 
GRAFIK 6 : Perasaan masyarakat terhadap anak jalanan
A.    PENANGGULANGAN YANG TEPAT UNTUK ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR
Upaya pemerintah kota dalam mengatasi anak jalanan di Kota Makassar harus berhadapan dengan lingkungan masyarakat dengan berbagai unsur penopangnya. Dukungan peraturan perundang-undangan serta kebijakan penanggulangan maupun pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah kota masih harus disinergikan dengan kondisi sosial kemasyarakatan di daerah ini. Berbagai faktor yang selama ini dianggap sebagai persoalan klasik yang memunculkan anak jalanan memerlukan perhatian serius sehingga efektifitas dari kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah kota dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Ishaq (2000) mengemukakan bahwa upaya pemberdayaan kepada anak-anak jalanan seyogyanya terus digalakkan melalui berbagai penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah (misalnya : Kejar Paket A, Kejar Paket B, Kejar Usaha, bimbingan belajar dan ujian persamaan, pendidikan watak dan agama, pelatihan olahraga dan bermain, sinauwisata, pelatihan seni dan kreativitas, kampanye, forum berbagi rasa, dan pelatihan taruna mandiri).
Secara teoritis, fokus utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah pada perlindungan sosial (sosial protection). Oleh karena itu, model pertolongan terhadap anak jalanan bukan sekadar menghapus anak-anak dari jalanan. Melainkan harus bisa meningkatkan kualitas hidup mereka atau sekurang-kurangnya melindungi mereka dari situasi-situasi yang eksploitatif dan membahayakan.
Mengacu pada prinsip-prinsip profesi pekerjaan sosial, maka kebijakan dan program perlindungan sosial mencakup bantuan sosial, asuransi kesejahteraan sosial, rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial yang dikembangkan berdasarkan right-based initiatives; yakni memperhatikan secara sungguh-sungguh hak-hak dasar anak sesuai dengan aspirasi terbaik mereka (the best interest of the children) (Suharto, 2006; 2007). Strategi intervensi pekerjaan sosial tidak bersifat parsial, melainkan holistik dan berkelanjutan.
Dalam garis besar, alternatif model penanganan anak jalanan mengarah kepada 4 jenis model, yaitu:
1.      Street-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di “jalan” dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.
2.      Family-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke keluarganya.
3.      Institutional-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat). Pendekatan ini juga mencakup tempat berlindung sementara (drop in), “Rumah Singgah” atau “open house” yang menyediakan fasilitas “panti dan asrama adaptasi” bagi anak jalanan.
4.       Community-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program-program community development untuk memberdayakan masyarakat atau penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat.
Di atas telah disebutkan bahwa model penanganan Community-Centered Intervention lebih memusatkan kepada lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat baik melelui kerjasama ataupun pemberdayaan. Dalam hal ini, penulis menawarkan solusi agar kota Makassar yang menjadi lokus penanganan anak jalanan mampu menggunakan model ini dengan efektif. Dengan menggunakan model ini, diharapkan pemerintah ataupun lembaga sosial terkait mampu menjalin kerja sama yang baik demi mengurangi permasalahan anak jalanan ini. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dan diefektifkan yaitu :
1.      Peningkatan kesadaran masyarakat
Penanggulangan dapat dilakukan yaitu dengan membuat program peningkatan kesadaran masyarakat. Aktivitas program ini untuk menggugah masyarakat agar mulai tergerak dan peduli terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan ini dapat berupa penerbitan bulletin, poster, buku-buku, iklan layanan masyarakat di TV, program pekerja anak di radio dan sebagainya. Program penanggulangan diatas diharapkan bisa memberikan kesadaran penuh kepada anak-anak jalanan bahwa manusia dapat memperbaiki kondisi kehidupan sosialnya dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif dan tindakan kolektif tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.
2.      Penambahan lembaga-lembaga penampung anak
Pemerintah juga perlu mendirikan lembaga-lembaga penampung seperti halnya LSM maupun instansi lainnya. Lembaga tersebut ddapat dijadikan sebagai wadah bagi anak jalanan untuk mengasah keterampilan dan mengembangkannya menjadi sesuatu yang lebih produktif dan ekonomis.
3.      Pemberian fasilitas pendidikan yang layak
Pemerintah harus mampu memfasilitasi pendidikan dan keterampilan yang layak bagi anak jalanan agar mereka tidak kembali lagi ke jalan. Karena mereka adalah asset bangsa yang tak ternilai harganya juga penerus-penerus bangsa. Mereka yang seharusnya duduk dibangku sekolah karna himpitan ekonomi mereka harus turun kejalanan untuk menyambung hidup mereka padahal sebagai anak bangsa mereka berhak mendapatkan pendidikan yang layak dari pemerintah. Jika UUD pendidikan yang menyatakan bahwa anggaran pendidikan harus di alokasikan sebesar 20% dari APBN dapat terimplementasi maka negara akan mampu untuk menyediakan pendidikan gratis, sehingga dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan anak jalanan dapat diminimalisir.
4.      Pencegahan Urbanisasi
Urbanisasi tentu sangat mempengaruhi jumlah pertumbuhan anak jalanan dan pemerintah harus menekan tingkat urbanisasi.
5.      Penambahan Lapangan Kerja
Lapangan kerja merupakan salah satu yang paling penting dalam kehidupan sosial ekonomi, apabila pemerintah menambah lapangan keja, maka jumlah anak jalanan akan berkurang karena mereka tidak perlu lagi membantu orang tuanya menambah penghasilan.


                    
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.                KESIMPULAN
Anak jalanan adalah anak di bawah 19 tahun yang bekerja, tinggal dan beraktivitas dijalanan. Anak jalanan memiliki karasteristik yang beragam namun tetap dengan satu tujuan yaitu untuk menyambung hidup. Banyak anak jalanan yang putus sekolah atau tidak bersekolah karena masalah ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang anak untuk menjadi anka jalanan yaitu :
1.      Ekonomi;
2.      Keluarga;
3.      Teman;
4.      Lingkungan;
5.      Keinginan untuk bebas.
Penanggulangan yang tepat untuk mengatasi masalah anak jalanan di Kota Makassar yaitu :
1.      Peningkatan kesadaran masyarakat;
2.      Penambahan lembaga-lembaga sosial;
3.      Pemberian fasilitas yang baik;
4.      Pencegahan urbanisasi;
5.      Penambahan lapangan kerja.
B.                 SARAN
Saran-saran yang penulis dapat sampaikan dalam karya tulis ini, agar pihak-pihak yang terkait mampu bertanggungjawab atas apa yang telah dipercayakan kepadanya. Untuk penulis yang mengangkat masalah yang sama agar mampu mngembangkan apa yang telah diperoleh dari penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mangkoesapoetra, A.A. 2005. Pemberdayaan Anak Jalanan. Artikel. 
Sugiono (2005), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, CV Alfabeta, Bandung.
Suharto, Edi (2007). Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung.
Dinas Sosial Makassar (2011).
Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Sosial Anak Jalanan. 2001. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.
Buku yang relevan



















LAMPIRAN 01
KEADAAN SOSIAL ANAK JALANAN
1.      Berapa usia anda?
a.       Kurang dari 6 tahun
b.      7 – 14 tahun
c.       15 – 19 tahun
2.      Sejak kapan anda bekerja di jalanan?
a.       Kurang dari 4 SD
b.      5 SD – 1 SMP
c.       Lebih dari 1 SMP
3.      Berapa penghasilan anda dalam sehari?
a.       Kurang dari Rp20.000.00
b.      Rp21.000.00 – Rp45.000.00
c.       Lebih dari Rp46.000.00
4.      Apakah anda masih bersekolah?
a.       Ya
b.      Belum pernah bersekolah
c.       Putus sekolah
5.      Apakah orang tua anda masih hidup?
a.       Lengkap
b.      Sisa satu
c.       Meninggal semua
6.      Apakah anda memiliki rumah pribadi?
a.       Ya
b.      Tidak memiliki rumah
c.       Tidak menetap


LAMPIRAN 02
PANDANGAN MASYARAKAT
1.      Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan anak jalanan?
a.       Setuju
b.      Tidak setuju
c.       Tidak tahu
2.      Bagaimana perasaan anda mlihat anak jalanan?
a.       Kasihan
b.      Tidak kasihan
c.       Biasa saja
3.      Pernahkah anda memberi bantuan kepada anak jalanan?
a.       Pernah
b.      Tidak pernah
c.       Jarang
4.      Pernahkah anda berniat untuk mengadopsi anak jalanan?
a.       Pernah
b.      Tidak pernah
c.       Terkadang






                                   
LAMPIRAN 03
JAWABAN LAMPIRAN 01 DAN 02

Keadaan Ekonomi
Pas-pasan
2
Kurang
5
Cukup
4



Keadaan Pendidikan
Bersekolah
4
Putus Sekolah
7
Belum pernah sekolah
1



Keadaan Keluarga
Lengkap
6
Sisa Satu
3
Meninggal Semua
3



Keadaan Sosial
Baik
2
Buruk
4
Sederhana
5


01

















02

Pendapat Masyarakat Mengenai Kaberadaan Anak Jalanan
setuju
6
tidak setuju
2
tidak tahu
4



Perasaan Masyarakat Terhadap Anak Jalanan
kasihan
5
tidak kasihan
1
biasa-biasa saja
6



Memberi Bantuan Kepada Anak jalanan
Pernah
3
tidak pernah
2
Jarang
7



Niat Untuk Mengadopsi Anak jalanan
Pernah
2
Tidak pernah
5
Terkadang
5