REVIEW
PERSEPSI
Wirawan Sarwono, Sarlito. 2012. Pengantar Psikologi Umum.
Cetakan ke-4, 93-106. Jakarta:
Rajawali Pers
A.
Pendahuluan
Sebelum membahas
mengenai persepsi lebih jauh, terlebih dahhulu akan di jelaskan mengenai sensasi.
Sensasi adalah stimulan dari dunia luar yang diibawa masuk ke dalam sistem
saraf. Hampir semua “hal” di dunia ini dibawa masuk oleh indra melalui sensasi.
Bentuk, tekstur, dan rasa yang diterima merupakan sensasi. Jika muncul dalam
pemikiran mengenai suatu perbandingan mengenai bentuk, tekstur, dan rasa maka
itu adalah interpretasi dari stimulan. Gabungan antara sensasi dan interpretasi
inilah yang disebut dengan persepsi. Hal di atas telah menunjukkan bahwa
persepsi sangat membutuhkan bantuan berupa indra sebagai alat bantu manusia
memahami dunianya.
B.
Persepsi Visual
Organisasi dalam
persepsi mengikuti beberapa prinsip, yaitu:
a.
Wujud dan Latar
(figure and ground or emergence)
Obejek yang ada di lingkungan sekitar selalu muncul sebagai
wujud (figure) dan hal lainnya
sebagai latar (ground). Namun, tak
selamanya perbedaan wujud dan latar terlihat jelas, terkadang terlihat dua pola
dalam satu gambar karena ketidakmampuan untuk membedakan yang mana wujud dan
yang mana latar. Bentuk seperti ini dinamakan ambiguous figure (bentuk ambigu) atau disebut juga multistability (stabilitas ganda). Dalam
kehidupan sehari-hari, pola ambigulah yang sering terjadi sehinnga muncul
perbedaan persepsi atau miskomunikasi.
b.
Pola Pengelompokan
Dalam Psikologi, cara mmanusia mengelompokkan apa
yang dipersepsinya mengikuti hukum tertentu yang dinamakan hukum Gestalt atau hukum Pragnanz (kesadaran). Termasuk didalamnya adalah hukum kesamaan,
hukum kedekatan, dan hukum keutuhan.
c.
Ketetapan
Teori Gestalt juga
mengemukakan bahwa dari proses belajarnya, manusia akan cenderung
mengapresiasikan segala sesuatu sebagai sesuatu ynang tidak berubah, walaupun
indra sebenarnya menangkap adanya perubahan. Dalam persepsi ada tiga ketetapan
dasar yang dikemukakan oleh Psikologi Gestalt, yaitu ketetapan warna, ketetapan
bentuk, dan ketetapan ukuran.
C.
Ilusi
Otak manusia dapat
menginterprestasikan apa yang diindrakannya sebagai persepsi yang tepat untuk
mendekati kebenaran. Di sisi lain, persepsi terkadang bisa menimbulkan
kesalahan persepsi yang disebut ilusi. Gelaja ilusi adalah gejala normal, iluru
terbagi atas beberapa macam yaitu ilusi visual, ilusi auditif, ilisi kinetis,
ilusi sosial,
D.
Perbedaan Persepsi
Ilusi menebabkan
perbedaan antara persepsi dan realita, namun sejauh masih menyangkut ilusi
indra (visual, auditif) maka belum timbul masalah karena semua orang akan
mengalami ilusi yang sama. Lain halnya dengan perspektif sosial, karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi persepsi sosial dan faktor-faktor tersebut
tidak tetap. Hal itu dapat menyebabkan perspektif antarindividu dan
antarkelompok adalah sebagai berikut.
a.
Perhatian
Setiap saat ada ribuan ransangan yang ditangkap oleh
indra, karena keterbatasan daya serap persepsi maka seseorang hanya mampu
memusatkan perhatian pada satu atau dua objek saja.
b.
Set
Set (mental
set) adalah kesiapan mental seseorang untuk menghadapi suattu ransangan
yang akan timbul dengan cara tertentu, perbedaan mental set tampak seperti hal
yang mudah tetapi hal ini yang selalu terlupakan apabila ada masalah serius.
c.
Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian,
kebutuhan-kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.
d.
System nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu
eksperimen di Amerika Serikat (Bruner & Godman, 1947 dalam Baker, Rierdan,
& Wapner, 1974) menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin
mempersepsikan mata uang logam lebih besar daripada ukuran yang sebenarnya. Gejala
ini tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.
e.
Tipe Kepribadian
f.
Gangguan
Kejiwaan
Sebagai gejala normal, ilusi berbeda dengan
halusinasi dan delusi, yaitu kesalahan persepsi pada penderita gangguan jiwa.
Penyandang gejala halusinasi visual seakan-akan melihat sesuatu dan ia percaya
betul bahwa apa yang dilihatnya adalah realita. Sedangkan penyandang gelaja
halusinasi auditif seakan-akan mendengar suara tertentu yang diyakini sebagai
realita. Gejala halusinasi visual dan auditif dan juga mungkin juga halusinasi
indra yang lain, bisa terdapat pada satu orang dan menyebabkan delusi yaitu
keyakinan bahwa dirinya menjadi sesuatu yang tidak realita.