BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dewasa ini, anak
jalanan merupakan sesuatu yang tidak asing lagi untuk masyarakat Indonesia,
termasuk di Kota Makassar. Sungguh memperhatinkan, ditengah perkembangan kota
yang sangat pesat, anak jalanan pun bermunculan dimana-mana. Perkembangan kota
di segala bidang tampaknya tidak hanya memberikan nuansa positif bagi kehidupan
masyarakat. Namun juga melahirkan persaingan hidup, sehingga muncul fenomena
kehidupan yang berujung pada kemiskinan. Kota yang padat penduduk dan banyaknya
keluarga yang bermasalah telah membuat makin banyaknya anak yang kurang gizi,
kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa,
serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat dan hidup
merdeka. Hal inilah yang meyebakan pertumbuhan anak jalanan di Makassar semakin
meningkat. Kasus eksploitasi terhadap terhadap mereka pun juga meningkat
seiring dengan naiknya pertumbuhan anak jalanan.
Anak jalanan adalah
anak yang berusia 8-17 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat umum. Sedangkan
makna dari eksploitasi terhadap anak adalah suatu tindakan yang memanfaatkan
anak untuk kepentingan pribadi baik secara fisik, non fisik, ekonomi, sosial,
dan seksual. Bentuk eksploitasi terhadap anak sangat bervariasi, mulai dari
penganiyaan terhadap anak, tekanan batin, kekerasan fisik, hingga pelecehan
seksual, baik oleh keluarga sendiri, teman maupun orang lain. Rendahnya
pengetahuan orang tua akan hak asasi anak menyebabkan orang tua pun
mengorbankan anaknya. Selain itu, eksploitasi terhadap anak jalanan ada pula
yang dilakukan oleh sindikat anak jalanan.
Data terakhir yang di
peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan angka 154.861 jiwa, yang
menurut Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), hampir separuhnya berada di
Jakarta. Sisanya tersebar ke kota-kota besar lainnya.
Angka-angka tersebut
menunjukkan bahwa kualitas hidup dan masa depan anak-anak sangat
memperihatinkan, padahal mereka adalah aset, investasi SDM dan sekaligus
tumpuan masa depan bangsa. Jika kondisi dan kualitas hidup mereka
memprihatinkan, berarti masa depan bangsa dan negara juga kurang
menggembirakan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, sebagian dari mereka
mengalami lost generation (generasi
yang hilang).
Fenomena merebaknya
anak jalanan di Makassar merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup
menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena
mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan
mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat
dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu
besar dan solutif. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah
Tuhan yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang
menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.
Anak jalanan adalah
sebutan bagi anak yang sering melakukan aktifitas dijalanan, dan dalam
kehidupannya anak jalanan ini juga tidak terlepas dari setigma negatif, suka
membuat keributan, menyebabkan kemacetan hingga gemar melakukan tindakan-tindakan
kriminal adalah justivikasi yang sering dialamatkan kepada mereka.
Maka dari itu, dalam
karya tulis ini penulis akan membahas mengenai keadan sosial, sikap dan
pandangan masyarakat, tingkat pendidikan, dan penanggulangan yang tepat untuk
anak-anak jalanan di kota Makassar.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk
menyusun karya tulis ini, maka penulis memunculkan rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimanakah
keadaan sosial anak-anak jalanan di kota Makassar?
2. Bagaimanakah
sikap dan pandangan masyarakat terhadap anak-anak jalanan di kota Makassar?
3. Bagaimanakah
penanggulangan yang tepat untuk anak-anak jalanan di kota Makassar?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun
tujuan penulis mengangkat masalah ini yaitu :
1.
Mengetahui keadaan sosial anak-anak
jalan di kota Makassar.s
2.
Mengetahui sikap dan pandangan
masyarakat tentang anak jalanan di kota Makassar.
3.
Mengetahui penanggulangan yang tepat
untuk anak-anak jalanan di kota Makassar.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan
tujuan yang telah dipaparkan, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat,
diantaranya :
1. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan wawasan pengetahuan penulis tentang permasalahan sosial bertambah
khususnya pengetahuan terhadap intervensi komunitas terhadap penanggulangan
anak jalanan.
2. Hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangan pemikiran bagi masyarakat serta orang-orang yang memiliki hubungan
dengan anak jalanan bahwa anak jalanan juga memiliki hak sehingga mereka perlu
dilindungi dan bagi anak jalanan itu sendiri.
3. Penelitian ini dapat memberikan
masukan atau sumbangan bagi Pemerintah Kota Makassar khususnya Dinas Sosial
dalam rangka penanggulangan anak jalanan sehingga orang-orang yang memanfaatkan
keberadaan dapat dihentikan.
E. POPULASI DAN SAMPEL
POPULASI
|
SAMPEL
|
||
P. Kemerdekaan
|
Kec. Panakkukang
|
Kec. Bontoala
|
|
Anak
Jalanan
|
4 Orang
|
4 Orang
|
4 Orang
|
Masyarakat
(pengguna jalan)
|
4 Orang
|
4 Orang
|
4 Orang
|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak jalanan adalah
fenomena sosial yang hingga saat ini terus mencemaskan. Meskipun anak jalanan
ditemukan di beberapa negara maju, mereka lebih banyak berada di jalanan
kota-kota negara berkembang, secara global diperkirakan ada sekitar 100 juta
anak jalanan di seantero dunia. Sebagian besar anak jalanan adalah remaja
berusia belasan tahun. Tetapi tidak sedikit yang berusia di bawah 10 tahun.
Anak jalanan bertahan hidup dengan melakukan aktivitas di sektor informal,
seperti menyemir sepatu, menjual koran, mencuci kendaraan, menjadi pemulung
barang-barang bekas. Sebagian lagi mengemis, mengamen, dan bahkan ada yang
mencuri, mencopet atau terlibat perdagangan sex.
Kepedulian terhadap
anak jalanan terutama didasari kenyataan bahwa anak adalah aset bangsa yang
memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sementara itu, hidup
di jalanan sangat membahayakan anak. Mereka kerap mengalami eksploitasi ekonomi
oleh orang dewasa.
Pengertian Anak jalanan atau sering
juga disebut dengan gelandangan menurut beberapa tokoh yang diantaranya adalah:
a.
Artidjo mengartikan anak jalanan atau
gelandangan sebagai orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan mata
pencaharian yang tetap dan layak atau mereka sering berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain, berkeliaran di dalam kota dan makan minum disembarang
tempat.
b.
Sudarsono mengartikan
anak jalanan atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal
yang tetap,yang secara yuridis tidak berdomisili yang otentik, disamping itu
mereka merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak menurut
ukuran masyarakat pada umumnya dan mereka sebagian besar tidak mengenal
nilai-nilai keluhuran.
c.
Sandyawan memberikan
pengertian bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang berusia maksimal 16 tahun,
telah bekerja dan menghabiskan waktunya di jalanan.
d.
Peter Davies memberikan
pemahaman bahwa fenomena anak-anak jalanan sekarang ini merupakan suatu
gejalaglobal. Pertumbuhan urbanisasi dan membengkaknya daerah kumuh di
kota-kota yang paling parah keadaannya adalah di negara berkembang, telah
memaksa sejumlah anak yang semakin besar untuk pergi ke jalanan ikut mencari
makan demi kelangsungan hidup keluarga dan bagi dirinya sendiri.
e.
Menurut
PBB
adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya dijalan untuk bekerja,
bermain dan beraktivitas lain.
f.
Menurut
Soedijar (1989) anak jalanan adalah anak usia antara 7
sampi 15 tahun yang bekerja di jalanan yang dapat mengganggu keselamatan dan
ketentraman dirinya dan orang lain.
g.
Departemen
Sosial dalam buku “ Intervensi Psiko Sosial” (Depsos 2001 :20),
Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada dijalanan atau
ditempat-tempat umum.
h.
Departemen
Sosial RI (1999) memberikan pengertian tentang anak
jalanan adalah “anak-anak di bawah usia 18 tahun yang karena berbagai faktor,
seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka
turun ke jalan”.
Tata Sudrajat (1996:151-152)
membagi dua jenis anak jalanan, yaitu :
1. Anak
jalanan yang bekerja di jalan ( Children on The Street ) yaitu Anak
jalanan ini memang bekerja di jalan tetapi masih memiliki kontak dengan
keluarga. Sehari-hari mereka dapat tinggal dengan keluarga, jumlah waktu
kerja tidak menentu, jenis kelamin bias menentukan lamanya waktu bekerja, untuk
anak perempuan yang mengalami perbudakan bisa bekerja dari jam 09.00
sampai jam 20.00. Sementara bagi mereka yang bekerja dijalanan karena pembiaran
dari orang tua, kadang 2 jam sehari atau maksimal 5 jam sehari. Dapat juga
dikatakan bahwa anak yang bekerja di jalan adalah anak-anak yang mempunyai
kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, tetapi mempunyai hubungan
dengan orang tua mereka. Karena kelompok ini adalah anak yang bekerja ada
kemungkinan mereka masih sekolah.
2. Anak
hidup di jalan (Children of The Street ); Faktor yang membedakan
dengan anak yang bekerja di jalan adalah anak yang hidup di jalan nyaris sudah
tidak ada kontak dengan keluarga. Kalaupun masih, biasanya dalam jangka waktu
tertentu,misalnya sebulan sekali, 3 bulan sekali, atau dalam setahun sekali. Selebihnya,waktu
mereka dihabiskan di jalan.dalam kasus tertentu, ketika anak memutuskan hidup
di jalan, sebenarnya yang bersangkutan sudah memiliki kesiapan sebelumnya,
dalam arti sudah kenal dengan kehidupan jalanan. Dengan sudah mengenal
kehidupan jalan bisa dipastikan anak yang hidup di jalanan memiliki dan mengembangkan
strategi bertahan hidup. Pengertian anak hidup di jalan ini bisa dikatakan
anak-anak tang berpartisipasi penh dijalanan baik secara sosial maupun secara
ekonomi. Jadi sebagian hidup mereka dihabiskan dijalan termasuk dengan tidur di
emperan tokoh, terminal, kolong jembatan, dan lain-lain.
Selain itu
yang telah disebutkan di atas, ada pula yang menambahkan pengelompokan anak
jalanan, yaitu :
Anak
keluarga jalanan; Anak dalam kategori keluarga jalanan dapat ditandai dengan
ikut sertanya orang tua si anak untuk bekerja sekaligus hidup dijalanan.
Sekilas dalam relasi dengan keluarga, antara anak keluarga jalanan dengan anak
yang bekerja dijalanan tidak jauh berbeda. Bagi anak keluarga jalanan, selain
jalanan berfungsi sebagai tempat pencari nafkah, jalanan juga berfungsi sebagai
tempat tinggal. Anak-anak keluarga jalanan tidak lagi memiliki tempat tinggal
tetap di sebuah kampung.jadi jika dilihat dari segi pola mobilitas dan pola
tinggalnya, anak keluarga jalanan dibandingkan dengan anak hidup dijalanan
tidak berbeda karena yang menjadi berbeda adalah faktor kedekatan dengan
keluarga. Faktor hubungan kekeluargaan ada kemungkinan cukup kuat. Salah satu
karakteristik yang paling menarik dari kategori ini adalah bayi dan ibu hamil
yang sering dijadikan alat untuk mencari penghasilan dijalan. Mereka memperoleh
rasa iba dari daripara pengguna jalan sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Dari segi lokasi, anak keluarga jalanan biasanya sering dijumpai di perempatan
jalan yang padat, rumah-rumah kardus bantaran kali, gudang penampungan barang
rongsokan.
(Sanituti,
1999) Terdapat 4 (empat) kelompok
penyebab pokok anak-anak menjadi anak jalanan yaitu :
1. Kesulitan
ekonomi keluarga yang menempatkan seorang anak harus membantu keluarganya
mencari uang dengan kegiatan-kegiatan dijalan;
2. Ketidakharmonisan
rumah tangga atau keluarga, baik hubungan antara bapak dan ibu, maupun orang
tua dengan anak;
3. Suasana
lingkungan yang kurang mendukung untuk anak-anak menikmati kehidupan masa
kanak-kanaknya termasuk suasana perselingkungan yang kadang-kadang dianggap
mereka sangat monoton dan membelenggu hidupnya;
4. Rayuan
kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri dan menikmati kehidupan lainnya
yang diharapkan diperoleh sebagai anak jalanan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
PENELITIAN
LAPANGAN
Penelitian ini
dilaksanakan di wilayah Kota Makassar. Lokasi penelitian meliputi tiga tempat
yaitu
di jalan Perintis Kemerdekaan Km. 4, Kecamatan Panakukang, dan Kecamatan
Bontoala. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 1 minggu, yaitu terhitung
sejak tanggal 14 Oktober 2011 sampai dengan tanggal 21 Oktober 2011. Metode-metode yang digunakan yaitu wawancara langsung
terhadap responden bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan
tujuan memperoleh data yang dapat menjelaskan ataupun menjawab suatu
permasalahan penelitian. Wawancara menggunakan instrumen yang telah disusun
sebelumnya.
Metode lain yang digunakan adalah
obsrvasi yaitu memberikan pertanyaan berupa angket yang telah disusun kepada
masyarakat dan anak jalan (dengan angket yang berbeda) yang digunakan untuk
mennjawab rumusan masalah yang di angkat penulis.
B.
PENELITIAN
PUSTAKA
Penelitian
ini juga menggunakan metode pustaka untuk membandingkan hasil yang di peroleh
oleh peneliti-peneliti yang telah melakukan penelitian yang sama. Dalam metode
pustaka ini, penulis menggunakan beberapa sumber terkait dengan rumusan masalah
yang diangkat.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
KEADAAN
SOSIAL ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR
Anak jalanan adalah
anak laki-laki dan perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
bekerja atau hidup di jalanan dan tempat-tempat umum, seperti pasar, mall,
terminal bis, taman kota. Mengapa mereka tidak boleh hidup di jalanan? Karena
jalanan bukanlah tempat yang pantas bagi mereka. Mereka seharusnya hidup
bersama orang tua dan saudara-saudaranya di rumah yang hangat dan bersahabat.
Mereka juga selayaknya bermain dan belajar di sekolah atau di tempat-tempat
yang memang pantas untuk itu. Jalanan, seperti pernyataan Plan International di
atas, memiliki resiko-resiko yang sangat berbahaya bagi anak. Jalanan bukanlah
lingkungan yang baik untuk proses tumbuh-kembang anak dan merealisasikan
potensinya secara penuh.
Dari penelitian yang
telah dilakukan berikut adalah persentase keadaan sosial anak-anak jalanan tersebut
:
1.
Keadaan Ekonomi
Grafik
di bawah ini menjelaskan keadaan ekonomi
anak jalanan di Makassar.
GRAFIK 1: keadaan sosial ekonomi anak jalanan
Dari
grafik di atas dapat di lihat bahwa 18% anak jalanan yang hidupnya
pas-pasan,46% yang hidupnya kurang,dan 18% yang hidupnya cukup.
Dalam
keadaan ini penulis menganggap anak jalanan yang hidupnya berkecukupan memiliki
kriteria yaitu sebagai berikut
a. Memiliki
tempat tinggal yang tetap
b. Berpenghasilan
rata-rata Rp 50.000.00/hari.
c. Mampu
membeli makanan sendiri
d. Tinggal
di perumahan yang lingkungannya tidak kumuh
Anak
jalanan yang hidupnya pas-pasan tidak seperti kehidupan anak jalanan yang
berkehidupan cukup. Adapun kriteria anak jalanan yag hidupnya pas-pasan yaitu
sebagai berikut:
a. Berpenghasilan
rata-rata Rp 21.000.00-45.000.00/hari
b. Tempat
tinggalnya berpindah-pindah/tidak tetap
c. Hanya
mampu membeli makanan untuk sehari-hari
Sedangkan
anak jalanan yang hidupnya kekurangan jauh berbeda dengan anak jalanan yang
hidupnya cukup dan pas-pasan. Ini di karenakan penghasilannya di bawah
rata-rata. Sehingga kehidupannya tergantung pada pengguna jalan. Adapun
kriteria anak jalanan yang hidupnya kekurangan yaitu sebagai berikut:
a. Berpenghasilan
kurang dari Rp 20.000.00/hari
b. Tidak
memiliki tempat tingal
c. Tidak
mampu membeli makanan sendiri
1.
Keadaan Pendidikan
Bagan
di bawah ini menjelaskan keadaan pendidikan anak jalanan.
GRAFIK
2: keadaan pendidikan anak jalanan
Dari
gambar di atas dapat dilihat 34% anak jalanan yang bersekolah, 8% anak jalanan
yang belum pernah bersekolah, dan 58% anak jalanan yang putus sekolah.
Setelah
melakukan wawancara dengan anak-anak jalan yang bersekolah maka penulis
mendapatkan hasil yaitu kebanyakan dari anak jalanan yang menjadi sampel dan
bersekolah, masih menduduki bangku sekolah dasar.
Hasil
wawancara dengan anak jalanan yang putus sekolah yaitu rata-rata pada saat
mereka menginjak pendidikan dasar kelas 4. Dan hasil wawancara dengan anak yang
belum pernah sekolah mengaku ingin bersekolah, namun situasi ekonomi yang
menghalangi niat mereka.
1.
Keadaan Keluarga
Bagan
di bawah ini menjelaskan keadaan keluarga anak jalanan
GRAFIK
3: keadaan keluarga anak jalanan
Dari
gambar diatas dapat dilihat keadaan keluarga anak jalanan. Diantaranya 50%
anak jalanan yang keluarganya masih lengkap, 25% anak jalanan yang sudah
anak yatim, 25% anak piatu.
Setelah
diwawancarai, rata-rata dari anak jalanan ini mengaku bahwa mereka ingin
meringankan beban orang tua mereka dengan bekerja dijalanan.
1.
Keadaan Sosial
GRAFIK
4: keadaan sosial anak jalanan
Dari
bagan di atas dapat dilihat keadaan sosial anak jalanan.18% keadaan anak sosial yang baik,36% keadaan
anak sosial buruk,46% keadaan anak sosial yang sederhana.
Keadaan
sosial yang dimaksudkan penulis yaitu keadaan tingkat kehidupan anak jalan yang
kurang memperhatikan hidupnya. Misalnya saja, makan di tempat yang kotor,
mengais dari tempat sampah, dan lain sebagainya.
A.
PENDAPAT
MASYARAKAT TENTANG ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR
Kebanyakan
masyarakat berpendapat bahwa keberadaan anak jalanan tidak mengganggu karena
masyarakat mengerti alasan mereka melakukan hal tersebut karena faktor ekonomi
.
Dibawah
ini grafik pendapat masyarakat mengenai anak jalanan di Kota Makassar.
GRAFIK 5 : Pendapat Masyarakat Mengenai Keberadaan
Anak Jalanan
Grafik
di atas menunjukkan bahwa 50% siswa setuju dengan keberadaan anak jalanan,
pasalnya anak jalanan membantu mereka dalam beraktifitas di jalan, misalnya
saat mereka hendak menyebrang jalan, mengangkatkan barang bawaan mereka ketika
di mall, ataupun dalam bidang agama mereka biasanya memberikan sebagian dari
rezeki yang mereka dapatkan.
17%
dari koresponden penulis menjawab tidak setuju karena mereka merasa terganggu
dengan keberadaan anak jalanan. Sisanya 33% menjawab tidak tahu karena mereka
ragu apakah mereka membutuhkan anak jalanan atau tidak dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Wawancara
lebih lanjut mngenai pandangan masyarakat tentang anak-anak jalanan, ternyata
sebagian dari mereka merasa kasihan terhadap anak-anak jalanan tersebut alasan
mereka karena anak jalanan ingin melanjutkan hidup meski dengan cara yang
dipandang oleh sebagian orang adalah cara yang kurang baik.
Ada
juga masyarakat yang bersikap biasa-biasa saja mengenai anak jalanan mereka
berpikir bahwa menjalani hidup tidak seharusnya berpangku tangan, ada saat
dimana kita semua harus berusaha untuk menjalani hidup.
GRAFIK
6 : Perasaan masyarakat terhadap anak jalanan
A. PENANGGULANGAN YANG
TEPAT UNTUK ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR
Upaya pemerintah kota dalam
mengatasi anak jalanan di Kota Makassar harus berhadapan dengan lingkungan
masyarakat dengan berbagai unsur penopangnya. Dukungan peraturan
perundang-undangan serta kebijakan penanggulangan maupun pemberdayaan yang
dilaksanakan oleh pemerintah kota masih harus disinergikan dengan kondisi
sosial kemasyarakatan di daerah ini. Berbagai faktor yang selama ini dianggap
sebagai persoalan klasik yang memunculkan anak jalanan memerlukan perhatian
serius sehingga efektifitas dari kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah
kota dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Ishaq (2000) mengemukakan bahwa
upaya pemberdayaan kepada anak-anak jalanan seyogyanya terus digalakkan melalui
berbagai penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah (misalnya : Kejar
Paket A, Kejar Paket B, Kejar Usaha, bimbingan belajar dan ujian persamaan,
pendidikan watak dan agama, pelatihan olahraga dan bermain, sinauwisata,
pelatihan seni dan kreativitas, kampanye, forum berbagi rasa, dan pelatihan
taruna mandiri).
Secara teoritis, fokus
utama pembangunan kesejahteraan sosial adalah pada perlindungan sosial (sosial
protection). Oleh karena itu, model pertolongan terhadap anak jalanan bukan
sekadar menghapus anak-anak dari jalanan. Melainkan harus bisa meningkatkan
kualitas hidup mereka atau sekurang-kurangnya melindungi mereka dari
situasi-situasi yang eksploitatif dan membahayakan.
Mengacu pada
prinsip-prinsip profesi pekerjaan sosial, maka kebijakan dan program
perlindungan sosial mencakup bantuan sosial, asuransi kesejahteraan sosial,
rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial yang dikembangkan berdasarkan
right-based initiatives; yakni memperhatikan secara sungguh-sungguh hak-hak
dasar anak sesuai dengan aspirasi terbaik mereka (the best interest of the children) (Suharto, 2006; 2007). Strategi
intervensi pekerjaan sosial tidak bersifat parsial, melainkan holistik dan
berkelanjutan.
Dalam garis besar,
alternatif model penanganan anak jalanan mengarah kepada 4 jenis model, yaitu:
1.
Street-centered
intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di
“jalan” dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya agar dapat
menjangkau dan melayani anak di lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.
2.
Family-centered
intervention.
Penanganan anak jalanan yang difokuskan pada
pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga sehingga dapat mencegah
anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke
keluarganya.
3.
Institutional-centered
intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga
(panti), baik secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya)
maupun permanen (terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau
kerabat). Pendekatan ini juga mencakup tempat berlindung sementara (drop in),
“Rumah Singgah” atau “open house”
yang menyediakan fasilitas “panti dan asrama adaptasi” bagi anak jalanan.
4.
Community-centered intervention.
Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas.
Melibatkan program-program community development untuk memberdayakan masyarakat
atau penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin
networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga
sosial masyarakat.
Di atas telah disebutkan
bahwa model penanganan Community-Centered Intervention lebih memusatkan kepada
lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat baik melelui kerjasama
ataupun pemberdayaan. Dalam hal ini, penulis menawarkan solusi agar kota
Makassar yang menjadi lokus penanganan anak jalanan mampu menggunakan model ini
dengan efektif. Dengan menggunakan model ini, diharapkan pemerintah ataupun
lembaga sosial terkait mampu menjalin kerja sama yang baik demi mengurangi
permasalahan anak jalanan ini. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dan
diefektifkan yaitu :
1.
Peningkatan kesadaran masyarakat
Penanggulangan
dapat dilakukan yaitu dengan membuat program peningkatan kesadaran masyarakat.
Aktivitas program ini untuk menggugah masyarakat agar mulai tergerak dan peduli
terhadap masalah anak jalanan. Kegiatan ini dapat berupa penerbitan bulletin,
poster, buku-buku, iklan layanan masyarakat di TV, program pekerja anak di
radio dan sebagainya. Program penanggulangan diatas diharapkan bisa memberikan
kesadaran penuh kepada anak-anak jalanan bahwa manusia dapat memperbaiki
kondisi kehidupan sosialnya dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif dan
tindakan kolektif tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan
perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.
2.
Penambahan lembaga-lembaga penampung anak
Pemerintah
juga perlu mendirikan lembaga-lembaga penampung seperti halnya LSM maupun
instansi lainnya. Lembaga tersebut ddapat dijadikan sebagai wadah bagi anak
jalanan untuk mengasah keterampilan dan mengembangkannya menjadi sesuatu yang
lebih produktif dan ekonomis.
3.
Pemberian fasilitas pendidikan yang layak
Pemerintah
harus mampu memfasilitasi pendidikan dan keterampilan yang layak bagi anak
jalanan agar mereka tidak kembali lagi ke jalan. Karena mereka adalah asset
bangsa yang tak ternilai harganya juga penerus-penerus bangsa. Mereka yang
seharusnya duduk dibangku sekolah karna himpitan ekonomi mereka harus turun
kejalanan untuk menyambung hidup mereka padahal sebagai anak bangsa mereka
berhak mendapatkan pendidikan yang layak dari pemerintah. Jika UUD pendidikan
yang menyatakan bahwa anggaran pendidikan harus di alokasikan sebesar 20% dari
APBN dapat terimplementasi maka negara akan mampu untuk
menyediakan pendidikan gratis, sehingga dalam jangka panjang tingkat
pertumbuhan anak jalanan dapat diminimalisir.
4.
Pencegahan Urbanisasi
Urbanisasi
tentu sangat mempengaruhi jumlah pertumbuhan anak jalanan dan pemerintah harus
menekan tingkat urbanisasi.
5.
Penambahan Lapangan Kerja
Lapangan
kerja merupakan salah satu yang paling penting dalam kehidupan sosial ekonomi,
apabila pemerintah menambah lapangan keja, maka jumlah anak jalanan akan
berkurang karena mereka tidak perlu lagi membantu orang tuanya menambah
penghasilan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Anak jalanan adalah anak di bawah 19 tahun yang bekerja,
tinggal dan beraktivitas dijalanan. Anak jalanan memiliki karasteristik yang
beragam namun tetap dengan satu tujuan yaitu untuk menyambung hidup. Banyak
anak jalanan yang putus sekolah atau tidak bersekolah karena masalah ekonomi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seorang anak untuk menjadi
anka jalanan yaitu :
1. Ekonomi;
2. Keluarga;
3. Teman;
4. Lingkungan;
5. Keinginan untuk bebas.
Penanggulangan yang tepat untuk
mengatasi masalah anak jalanan di Kota Makassar yaitu :
1. Peningkatan kesadaran masyarakat;
2. Penambahan lembaga-lembaga sosial;
3. Pemberian fasilitas yang baik;
4. Pencegahan urbanisasi;
5. Penambahan lapangan kerja.
B.
SARAN
Saran-saran yang penulis dapat
sampaikan dalam karya tulis ini, agar pihak-pihak yang terkait mampu
bertanggungjawab atas apa yang telah dipercayakan kepadanya. Untuk penulis yang
mengangkat masalah yang sama agar mampu mngembangkan apa yang telah diperoleh
dari penelitian sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Mangkoesapoetra,
A.A. 2005. Pemberdayaan Anak Jalanan. Artikel.
Sugiono (2005), Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D, CV Alfabeta, Bandung.
Suharto, Edi (2007). Kebijakan
Sosial Sebagai Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung.
Dinas Sosial Makassar
(2011).
Petunjuk Pelaksanaan
Pelayanan Sosial Anak Jalanan. 2001. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan
dan Rehabilitasi Sosial.
Buku yang relevan
LAMPIRAN
01
KEADAAN
SOSIAL ANAK JALANAN
1.
Berapa
usia anda?
a. Kurang dari 6 tahun
b. 7 – 14 tahun
c. 15 – 19 tahun
2.
Sejak
kapan anda bekerja di jalanan?
a. Kurang dari 4 SD
b. 5 SD – 1 SMP
c. Lebih dari 1 SMP
3.
Berapa
penghasilan anda dalam sehari?
a. Kurang dari Rp20.000.00
b. Rp21.000.00 – Rp45.000.00
c. Lebih dari Rp46.000.00
4.
Apakah
anda masih bersekolah?
a. Ya
b. Belum pernah bersekolah
c. Putus sekolah
5.
Apakah
orang tua anda masih hidup?
a. Lengkap
b. Sisa satu
c. Meninggal semua
6.
Apakah
anda memiliki rumah pribadi?
a. Ya
b. Tidak memiliki rumah
c. Tidak menetap
LAMPIRAN
02
PANDANGAN
MASYARAKAT
1.
Bagaimana
pendapat anda tentang keberadaan anak jalanan?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak tahu
2.
Bagaimana
perasaan anda mlihat anak jalanan?
a. Kasihan
b. Tidak kasihan
c. Biasa saja
3.
Pernahkah
anda memberi bantuan kepada anak jalanan?
a. Pernah
b. Tidak pernah
c. Jarang
4.
Pernahkah
anda berniat untuk mengadopsi anak jalanan?
a. Pernah
b. Tidak pernah
c. Terkadang
LAMPIRAN
03
JAWABAN
LAMPIRAN 01 DAN 02
Keadaan Ekonomi
|
|
Pas-pasan
|
2
|
Kurang
|
5
|
Cukup
|
4
|
Keadaan Pendidikan
|
|
Bersekolah
|
4
|
Putus Sekolah
|
7
|
Belum pernah sekolah
|
1
|
Keadaan Keluarga
|
|
Lengkap
|
6
|
Sisa Satu
|
3
|
Meninggal Semua
|
3
|
Keadaan Sosial
|
|
Baik
|
2
|
Buruk
|
4
|
Sederhana
|
5
|
01
02
Pendapat Masyarakat
Mengenai Kaberadaan Anak Jalanan
|
|
setuju
|
6
|
tidak setuju
|
2
|
tidak tahu
|
4
|
Perasaan Masyarakat
Terhadap Anak Jalanan
|
|
kasihan
|
5
|
tidak kasihan
|
1
|
biasa-biasa saja
|
6
|
Memberi Bantuan Kepada
Anak jalanan
|
|
Pernah
|
3
|
tidak pernah
|
2
|
Jarang
|
7
|
Niat Untuk Mengadopsi
Anak jalanan
|
|
Pernah
|
2
|
Tidak pernah
|
5
|
Terkadang
|
5
|