Agresi
adalah suatu perilaku yang menimbulkan kejahatan baik secara fisik maupun
psikis terhadap seseorang. Secara garis besar kejahatan yang bertujuan untuk
mencelakakan orang lain tidak terbatas secara fisik tetapi juga secara
psikologis.
Para
psikolog social membagi agresi menjadi beberapa macam yaitu, agresi bemusuhan
(agresi yang berasal dari emosi seperti kemarahan dan kebencian) dan agresi
sebagai penolong (agresi yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan). Agresi
langsung terlihat dari wujud yang tengah berlangsung seperti agresi secara
fisil dan agresi secara lisan. Agresi tidak langsung adalah agresi secara
social yang alami. Jenis agresi terhubung dengan menggunakan pengasingan dari
pergaulan social, penolakan, dan mengarahkan konfrontasi yang mempunyai unsur
langsung atau tidak langsung dari agresi. Agresi simbolis melibatkan berbagai
hal terhadap orang lain. Agresi hukum adalah agresi yang disetujui oleh
masyarakat.
Penelitian
membuktikan bahwa ada beberapa perbedaan dalam agresi antara laki-laki dan
perempuan. Salah satu perbedaan yang paling nyata yaitu yang terjadi secara
langsung berupa agresi fisik antara anak-anak. Bagaimanapun juga, peran dari
jenis kelamin dalam hubungan agresi masih menjadi pertanyaan. Laki-laki
cenderung melakukan agresi fisik sebagai suatu cara untuk mengatasi
perselisihan dan wanita sebagai target agresinya, sedangkan wanita cenderung
menggunakan agresinya secara lisan, mereka juga berpikir tentang agresi dengan
cara berbeda. Wanita cenderung sering
merasa bersalah di banding laki-laki dalam menggunakan agresinya dan
menunjukkan hubungan yang belebih karena kejahatan yang digunakan oleh agresi.
Perbedaan sifat hampir bisa dipastikan sebagai suatu akibat dari interaksi
antara biologis dan hubungan social.
Penjelasan
biologis termasuk dalam ehologis dan sosiobiologis untuk menjelaskan mengenai
agresi yaitu suatu perilaku dengan nilai ketahanan untuk individu dan untuk
kelompok organisasi. Teori etologi menyatakan bahwa agresi adalah hubungan
survisal biologi dan kelompok organisasi. Teori ini menekankan peran dari
naluri; bakat dan genetika. Sosiobiologi seperti etologi melihat agresi seperi
memiliki nilai ketahanan sebagai hasil kompetisi antara para anggota. Agresi
dilihat sebagai perilaku secara biologis yang deprogram ke dalam satu kelompok.
Ada juga suatu komponen yang genetic untuk agresi terutama untuk laki-laki.
Penelitian sudah menemukan genetika itu dan lingkungan umum yang di
kombinasikan untuk mempengaruhi agresi. Hampir bisa dipastikan, genetika
dioperasikan dengan menghasilkan karasteristik-karasteristik yang mempengaruhi
seseorang dengan agresif.
Peran
dari mekanisme otak dan hormonal menmpengaruhi agresi dan dapat dipelajari.
Ransangan tertentu dari otak menimbulkan agresif perilaku. Hipotalamus adalah
suatu bagian dari otak sudah mencakup dalam agresi. Ransangan dari satu bagian
hipotalamus pada seekor kucing untuk agresi secara emosional yang menghasilkan
ransangan yang menimbulkan agresi yang buas. Hal yang saling berinteraksi dengan
faktor social yaitu peningkatan faktor ilmu tentang orang yang telah meninggal
atau berkurang kemampuan agresinya. Testosteron hormone laki-laki memiliki
hubungan dengan perilaku agresif, apalagi saat terjadi konsentrasi terhadap
testosteron. Seperti mekanisme otak, hormonal saling mempengaruhi hubungan
social dan agresi.
Pada
dasarnya alkohol digunakan sebagai obat penenang untuk memingkatkan agresi.
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mabuk bertindak lebih agresif
dibandingkan mereka yang tidak mabuk. Alcohol muncul untuk mengoperasikan otak
dengan mengurangi serotin neuotransmiter. Pengurangan ini adalah serotin yang
terkai dengan agresi yang ditingkatkan. Secara lebih lanjut, alkohol digunakan
untuk menindas eksekutif teori bahwa secara normal beroperasi untuk menengahi
respon agresif. Mata rantai agresi alkohol ditengahi oleh karasteristik yang
individu pada situasi social.
Hipotesis
agresi frustasi menyatakan bahwa agresi disebabkan oleh sasaran yang berfungsi
sebagai hasil frustasi yang dihalangi. Hipotesis ini sudah mengangkat banyak
kontroversi. Begitu menghalangi, kita memilih suatu target untuk agresi.
Pilihan pertama sebagai sumber frustasi yaitu target yang tidak sesuai, untuk
melepaskan frustasi kita bisa bercerita kepada orang lain, ini dipebut
pemindahan agresi. Agresi dipindahkan atas tiga faktor yaitu intensitas
frustasi yang asli, persamaan antara yang asli dan target yang dipindahkan, dan
interaksi negative antara setiap target.
Versi
modifikasi hipotesis agresi frustasi menyatakan bahwa frustasi tidak menjurus
pada agresi kecuali jika suatu hal negative mempengaruhi seperti kemarahan. Penengahan
teori atribusi tentang tujuan telah ditemukan untuk berperan dalam agresi
frustasi. Operasi mekanisme social psikologis lain untuk menyebabkan agresi
dirasa tidak adil. Agresi dapat digunakan untuk memulihkan suatu kesadaran
hukum dan hak kekayaan dalam situasi-siatuasi tertentu. Penelitian menyatakan
bahwa suatu ketidakadilan dirasakan pada sebuah situasi yang akan membuat
frustasi adalah suatu yang lebih kuat untuk menyebabkan terjadinya agresi
dibandingkan frustasi karena diri sendiri. Temperature yang tinggi juga
berhubungan dengan agresi yang terkait dengan frustasi. Penelitian menunjukkan
bahwa di bawah kondisi temperatur yang tinggi merupakan sesuatu yang mungkin terjadi.
Suatu
mekanisme yang dipercaya untuk melandasi hubungan antara pengamatan dan agresi
adalah pembentukan catatan yang agresif selama proses sosialisasi. Catatan yang
agresif ini memimpin seseorang untuk bertindak dengan lebih agresif dan untuk
menginterprestasikan situasi-sittuasi social di dalam terminology yang agresif.
Selama proses sosialisasi, anak-anak mengembangkan catatan dan pola perilaku agresif
karena mereka ditunjukkan ke aksi-aksi agresi, keduanya di dalam keluarga dan
di dalam media.
pola
perilaku agresif menunjukkan bahwa agresif berkembang di waktu muda. Penelitian
juga menunjukkan bahwa ada keseimbangan antara akresi masa kanak-kanan dan
agresi pada usia yang lebih tinggi. Menurut model internasional social,
perilaku tidak suka bergaul merupakan agresi social yang ceroboh. Penggunaannya
berkenaan dengan orangtua yang dihubungkan dengan tingginya keagrefitasan anak,
ada sebuah penemuan bahwa hal tersebut merupakan sebuah kultur. Hukum fisik
dengan baik dihubungkan dengan bermacam-macam hasil negative, termasuk perilaku
agresif, menurunkan tingkat internalisasi moral perilaku, hubungan-hubungan
orangtua dan anak dengan kesehatan jiwa yang turun. Penelitian lain menunjukkan
bahwa agresi lisan mengarahkan pada anak oleh orangtua adalah hal yang
meragukan. Agresi lisan merupakan isyarat penolakan yang berkenaan dengan
orangtua yang dihubungkan dengan hal-hal yang negative termasik agresi. Gangguan
keluarga juga berhubungan dengan peningkatan di dalam agresi. Anak-anak dari
keluarga yang terganggu lebih banyak ditemukan dalam kejahatan daripada anak
dari keluarga yang tidak terganggu.
Tingkat
keagresifan yang dimiliki seseorang sangat berhubungan dengan budaya dan
lingkungan dimana dia dibesarkan. Penelitian antarbudaya menunjukkan agresi lebih
sedikit terjadi di dalam kultur yang mempunyai collectivist nilai, tinggat
disiplin moral yang tinggi, nilai penganut paham persamaan, rendahnya keinginan
untuk menghindari ketidakpastian, dan nilai Confucian.
Suatu
aplikasi yang penting dari teori social untuk permasalahan agresi adalah
hubungan antara cara membawakan media agresi dan perilaku agresif. Penelitian
menyatakan bahwa anak yang mengamati program Tv yang agresif akan cenderung
lebih agresif. Walaupun beberapa penelitian mengusulkan bahwa lebih dipengaruhi
oleh tayangan kekerasan dari Tv dibandingkan dengan wanita. Penelitian terbaru
menyatakan tidak ada yang dapat dipercaya mengenaik sesuatu yang umum antara
laki-laki dan perempuaan.
Penelitian
menunjukkan bahwa video game yang menunjukkan kekejaman akan meningkatkan
agresi antarkeduanya laki-laki dan perempuan. Memainkan game kekerasan
meningkatkan fisiologis, pemikiran dan emosi agresif. Memainkan game yang mengandung
kekerasan dappat mengaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan pengenalan
jiwa orang lain. Memainkan game tersebut dapat menimbulkan kepribadian yang
agresif.
Banyak
faktor yang berperan untuk agresi termasuk kecenderungan biologgi, frustasi,
kehadiran dari isyarat yang agresif, medi, dan faktor keluarga. Pendekatan yang
paling besar pengaruhnya untuk mengurangi agresi adalah pendekatan pada keluarga
yang dekat. Agresi dapat dikurangi apabila orangtua tidak melalaikan anak
mereka, dan memperkecil gangguan keluarga. Orangtua perlu mengurangi penggunaan
agresi mereka terhadap anak. Penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan
harus selalu digunakan. Memasyarakatkan anak untuk bersikap rendah hati juga
dapat mempbantu mengurangi agresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar